Rabu, 20 Maret 2019

MAKALAH AGAMA // JALAN YANG DITEMPUH RASUL DALAM MENANAMKAN AQIDAH


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
            Rasul Allah Subhanahu Wata'ala menyuruh umatnya supaya mengarahkan pandangan mereka ke kerajaan langit dan bumi, menggerakkan akal pikiran mereka supaya suka merenungkan dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah, fitrahnya dibangunkan agar jiwanya dapat menerima tanaman dengan perasaan teguh lagi cocok dalam beragama serta mengajak mereka merasakan suatu alam lain yang ada di balik alam semesta yang dapat dilihat ini.
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman (mu’min).
Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan di dirikan, harus semakin kokoh pondasi yang kuat. Kalau pondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan tanpa pondasi.
Aqidah adalah inti daripada pendidikan Islam yang merupakan tujuan diutusnya para Rasul di muka bumi ini. Pendidikan aqidah ini di bawa oleh setiap para Nabi dan Rasul, dengan seiringnya penyebaran agama Islam di muka bumi ini, maka pendidikan aqidah tidak pernah terabaikan, karena Islam yang di sebarkan oleh para Nabi adalah Islam yang masih murni atau masih utuh, yaitu keutuhan dalam Islam kemudian iman dan ihsan.  Aqidah yang benar adalah yang tercermin dari kemurnian seluruh amal perbuatan manusia dan ibadahnya semata-mata hanya untuk Allah Swt semata. Akhir-akhir ini hampir setiap orang banyak yang membutuhkan pendidikan aqidah karena sekarang merupakan hal yang sangat mahal dan sulit untuk di cari. Karena juga minimnya tentang pemahaman aqidah yang terkandung di dalam al-Qur’an hadits akan semakin memperparah aqidah pada seseorang. Oleh karena itu membentuk aqidah yang kuat dan benar, hendaknya seorang guru maupun orang tua dalam menanamkan aqidah.                                         
1.2.      Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan aqidah ?
b.      Fungsi dan peranan aqidah ?
c.        Apa saja tingkatan aqidah ?
d.      Bagaimana jalan yang ditempuh para rasul dalam menanamkan akidah?
1.3.      Tujuan Makalah
a.       Mengetahui arti dan pengertian dari aqidah.
b.      Mengetahui fungsi serta peranan aqidah.
c.       Mengetahui tingkatan pada aqidah.
d.      Mengetahui seperti apa jalan yang ditempuh para rasul dalam menanamkan aqidah.
  

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Pengertian Aqidah
Aqidah berasal dari kata “aqada – ya’qidu – aqdan” yang berarti “mengikatkan atau mempercayai/meyakini” jadi “aqidah” berarti ikatan, kepercayaan atau keyakinan. Sedangkan pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan, bukan perbuatan. Misalnya keyakinan adanya Allah dan diutusnya nabi Muhammad SAW sebagai rasul. Secara fithri manusia terikat ke luar dirinya, ia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup menyendiri, ia harus berkomunikasi dengan luar dirinya. Diantara ikatan yang harus melandasi komunikasi ini adalah bahwa ia harus mempunyai rasa percaya terhadap pihak lainnya. Tanpa adanya rasa percaya manusia takkan mampu atau berani melakukan apapun.
Kepercayaan bagi manusia adalah sesuatu yang sangat essensial, karena dari situlah lahirnya ketentraman, optimis, dan semangat hidup. Tidak mungkin seseorang dapat bekerja, jika tidak ada kepercayaan pada dirinya bhawa pekerjaan itu dapat membawanya kepada tujuan dan ingin mencapainya. Kepercayaan adalah anggapan bahwa sesuatu itu benar atau sesuatu yang diakui kebenarannya. Sesuatu yang dianggap benar itu dapat diperoleh melalui 3 institusi kebenaran, yaitu melalui ilmu pengetahuan, filsafat dan agama.
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yg berasal dari pengamatan dan pengalaman empirik yang disusun secara sistematik untuk mengetahui prinsip-prinsip tentang sesuatu yang dipelajari. Ilmu adalah proses akal untuk memahami kenyataan dan hukum-hukum yang berlaku dalam alam semesta. Kebenaran ilmu penegtahuan bersifat nisbi, yaitu sepanjang bisa dibuktikan secara ilmiah dan ini sangat tergantung kepada metode yang digunakannya. Filsafat mencoba memberikan gambaran tentang kebenaran. Dalam mencari kebenaran, filsafat berpegang kepada landasan dan pandangan dasar yang digunakannya, yang masing masing ahli filsafat memiliki pandangan sendiri-sendiri. Mencari kebenaran filsafat sangat tergantung kepada para penganjurnya. Oleh karena itu kebenarannya bersifat nisbi pula. Suatu kepercayaan yang merupakan implikasi dari kebenaran yang tinggi adalah agama. Dan aqidah merupakan dasar-dasar kepercayaan dalam agamayang mengikat seseorang dengan persoalan-persoalan yang prinsipil dari agama itu. Islam mengikat kepercayaan umatnya dengan tauhid, yaitu keyakinan bahwa Allah itu Esa. Tauhid merupakan aqidah islam yang menopang seluruh bangunan ke-Islaman seseorang. Keyakinan mendorong seseorang untuk konsisten dan berpegang teguh, bahkan sanggup menyerahkan segenap hidupnya bagi keyakinannya itu.
Aqidah di berikan oleh Allah setelah rusaknya hati umat manusia dan tersesatnya kepercayaan yang mereka miliki juga runtuhnya semua akhlaq dan peri kemanusian. Di saat itu pasti nyata sekali kebutuhan manusia kepada suatu kekuasaan yang ampuh yang dapat mengembalikan mereka kepada fitrah asli mereka yang bener dan sejahtera. Bimbingan semacam itu mutlak di perluka oleh umat, agar secara langsung dapat lah manusia itu meneruskan perbaikan kemakmuran bumi dan agar kuat pula untuk membawa amanat kehidupan di alam semesta ini.
Aqidah ini merupakan ruh bagi setiap orang dengan berpegang teguh kepadanya itu ia akan hidup dalam keadaaan yang baik dan memgembirakan,tetapi dengan meinggalkannya itu akan matilah semangat kerohanian manusia ia adalah bagaikan cahaya yang apabila seseorang itu buta dari padanya, maka pastilah ia akan terseset dalam liku-liku kehidupannya, malahan tidak mustahil bahwa ia akan terjerumus dalam lembah-lembah kesesatan yang amat dalam sekali.
Selain itu ada juga pengertian aqidah menurut para ahli yakni sebagai berikut :
1.      Menurut Hassan Al-Banna
“Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan”.
2.      Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”.
2.2.      Fungsi dan Peranan Aqidah
Aqidah tauhid sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi seorang muslim. Keyakinan yang mendasar itu menopang seluruh prilaku, membentuk dan memberi corak dan warna kehidupannya dalam hubungannya dengan mahkluk lain dan hubungan dengan Allah. Dalam hubungan dengan Allah, aqidah memberi kejelasan tentang tuhan yang disembahnya sebagai dzat Yang Maha Kuasa; satu-satunya Dzat yang wajib disembah yang di Tangan-Nya nasib seluruh mahkluk ditentukan.
Dzat dan Sifat Allah yang diinformasikan oleh Allah sebdiri yang terangkum dalam aqidah tauhid, menjadikan seorang muslim yakin akan kebenarannya. Keyakinan itu akan memberikan ketenangan dan ketentraman dalam pengabdiannya dan penyerahan dirinya secara utuh kepada Dzat Yang Maha Besar itu. Dalam hubungan dengan manusia. Keyakinan tauhid ini menjadi dorongan utama untuk bergaul dan berbuat baik serta berbuat maslahat bagi manusia dan mahkluk lainnya. Dorongan keyakinan ini akan sanggup meniadakan segala pamrih duniawi dan balas jasa dari baikan yang ditanankan terhadap manusia lain.
Aqidah yang tertanam dalam jiwa seorang muslim akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah semata-mata, karena itu perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki Allah akan selalu dihindarkannya. Sabda nabi : “Beribadahlah engkau kepada Allah, seolah-olah engkau melihat-Nya apabila engkau tidak melihat-Nya, Allah melihat engkau.”
Aqidah dapat dilihat peranannya dalam berbagai segi kehidupan seorang muslim serta memiliki implikasi terhadap sikap hidupnya. Implikasi dari aqidah itu antara lain dapat dilihat dalam pembentukan sikap, misalnya :
1)      Penyerahan secara total kepada Allah dengan meniadakan sama sekali kekuatan dan kekuasaan diluar Allah yang dapat mendominasi dirinya.
2)      Keyakinan terhadap Allah, menjadikan orang memiliki keberanian untuk berbuat, karena tidak ada baginya yang ditakuti selain melanggar perintah Allah. Keberanian ini menjadikan seorang muslim untuk berbicara tentang kebenaran secara lurus dan konsekuan dan tegas berdasarkan aturan aturan yang jelas diperintah Allah.
3)      Keyakinan dapat membentuk rasa optimis menjalani kehidupan, karena keyakinan tauhid menjadikan hasil yang terbaik yang akan dicapainnya secara ruhaniah, karena itu seorang muslim tidak pernah gelisah dan putus asa, ia tetap berkiprah dengan penuh semangat dan optimisme.
Aqidah dapat berperan sebagai landasan etik bagi seorang muslim dalam kehidupannya didunia dengan melihat hidup secara luas, yaitu hidup di dunia dan akhirat.
Sayyid Sabiq memandang fungsi aqidah sebagai ruh bagi setaiap orang. Hidup bernaung dan berpegang teguh kepadanya akan memperoleh gairah, semangat dan kebahagian, sementara hidup yang terlepas dari padanya akan terapung, melayang tanpa arah dan bahkan mati semangat kerohaniannya. Aqidah adalah cahaya, yang apabila seorang tidak memilikinya, ia akan buta dan pasti akan tersesat kedalam liku liku dan lembah kesesatan dan kenistaan. Pada kenyataan dan pengaktualisasiannya aqidah, syariah, dan akhlak atau dengan kata lain iman dan amal, harus menyatu, tidak ada jarak antara keduanya.
2.3.      Tingkatan Aqidah
Aqidah ditinjau dari segi kuat dan tidaknya, dapat dibagi menjadi empat tingkatkan, yaitu :
1)      Ragu
Tingkat ragu (Taklif), yakni orang yang beraqidah hanya karena ikut ikutan saja, tidak mempunyai pendirian sendiri.


2)      Yakin
Tingkat yakin, yakni orang yang beraqidah atau sesuatu dan mampu menunjukan bukti, alasan, atau dalilnya, tapi belum mampu menemukan dengan data atau bukti (dalil) yang didapatnya. Sehingga tingkat ini masih mungkin terkecoh dengan sanggahan sanggahan yang bersifat rasional dan mendalam.
3)      Ainul yakin
Tingkat a’inul yakin, orang yang beraqidah atau meyakini sesuatu secara rasional, ilmiah dan mendalam ia mampu membuktikan hubungan antara objek (madlul) dengan data atau bukti (dalil). Tingkat ini tidak akan terkecoh lagi dengan sanggahan sanggahn yang bersifat rasional dan ilmiah.
4)      Haqqul yakin.
Tingkat haqqul yakin, yakni orang beraqidah atau meyakini sesuatu yang disamping mampu membuktikan hubungan antara objek (madlul) dengan bukti atau fakta (dalil) secara rasional, ilmiah dan mendalam, juga mampu menemukan dan merasakannya melalui pengalaman-pengalamannya dalam pengamalan ajaran agama.
            Tingkatkan-tingkatan ini terutama didasarkan atas sedikit banyak atau besar kecilnya potensi dan kemampuan manusia yang dikembangkan dalam menyerap aqidah tersebut. Semakin sederhana potensi yang dikembakan akan semakin rendah aqidah yang dimiliki, dan sebaliknya.
2.4.      Ruang Lingkup Aqidah
Sistematika agama islam dapat dijelaskan sebagai berikut kalau orang telah menerima tauhid sebagai prima causa yakni asal yang pertama, asal dari segala-galanya dalam keyakinan islam, maka rukun iman yang lain hanyalah akibat logis (masuk akal) saja penerimaan tauhid tersebut. Dari uraian singkat tersebut kita harus mengerti apa saja sistematisnya pokok-pokok keyakinan islam yang terangkum dalam rukun iman.

1.      Keyakinan kepada Allah
Allah, Zat yang maha mutlak itu, menurut ajaran islam, adalah Tuhan Yang Maha Esa. Menurut aqidah islam, konsepsi tetang Ketuhanan Yang Maha Esa disebut Tauhid.
2.      Keyakinan kepada para Malaikat
Malaikat adalah mahkluk Gaib, tidak dapat ditangkap oleh pancaindra etapi, dengan izin Allah, malaikat dapat menjelmakan dirinya seperti manusia, seperti malaikat Jibril menjadi manusia dihadapan Maryam, ibu Isa Almasih. Mereka diciptakan Tuhan dari cahaya dengan sifat atau pembawaan antaralain selalu taat dan patuh kepada Allah, senantiasa membenarkan dan melaksanakan perintah Allah. Para malaikat mempunyai tugas tertentu seperti menyampaikan wahyu Allah kepada manusia melalui para rasulnya, mengukuhkan hati orang-orang yang beriman memberikan pertolongan kepada manusia, membantu perkembangan rohani manusia, mendorong manusia untuk berbuat baik, mencatat perbuatan manusia, dan melaksanakan hukuman Allah.
3.      Keyakinan kepada kitab-kitab suci
Kitab-kitab suci memuat wahyu Allah. Perkataan kitab yang berasal dari kata kerja Kataba artinya ia telah menulis. Memuat wahyu Allah. Perkataan wahyu berasal dari bahasa Arab al-wahy. Kata ini mengandung makna suara,bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Dalam pengertian yang umum wahyu adalah firman Allah yang disampaikan malaikat Jibril kepada para Rasul-Nya. Al-quran menyebut beberapa kitab suci misalnya Zabur yang diturunkan melalui nabi Daud, Taurat melalui nabi Musa, Injil melalui Nabi Isa dan Al-quran melalui nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya.
4.      Keyakinan pada para nabi dan rasul
Para nabi menerima tuntan berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rosul adalah utusan Tuhan yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada umat manusia.
5.      Keyakinan pada hari kiamat dan pertanggung jawaban manusia di akhirat.
Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian satuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari akhir sama halnya dengan orang tidak mempercayai agama islam walaupun orang itu menyatakan ia percaya kepada Allah, Al-quran dan Nabi Muhammad. Keyakinan pada hari akhir inilah yang mendorong manusia menyesuaikan diri dengan keranka nilai abadi yang ditetapkan Allah. Keyakinan kepada hari akhir ini pula lah yang menolong manusia memperkembangkan kepribadiannya secara sehat dan mantap karena itu pula ajaran islam mementingkan benar keyakinan pada hari akhirat.
6.      Keyakinan pada qada dan qadar
Qada adalah ketentuan mengenai sesuatu atau ketetapan tentang sesuatu, sedangkan qadar adalah ukuran sesuatu menurut hukum tertentu.
2.5.      Jalan Yang Ditempuh Para Rasul Dalam Menanamkan Aqidah
Rasul Allah menyampaikan aqidah ini kepada umat manusia dengan cara yang seluruhnya mudah dipahami, sederhana dan logis. Para Rasul mengajak mereka untuk memperhatikan kerajaan langit dan bumi, membangkitkan akal mereka untuk berpikir tentang ayat-ayat (tanda kekuasaan) Allah, mengingatkan fitrah mereka kepada perasaan beragama yang telah ditanamkan padanya, dan menumbuhkan kesadaran akan adanya suatu alam di balik alam materi ini.
Rasulullah SAW dapat mengubah umat yang asal mulanya sebagai penyembah berhala dan patung, umat yang dahulunya melakukan syirik dan kufur menjadi umat yang beraqidah tauhid, mengesakan Tuhan Seru Sekalian Alam. Hati mereka dipompa dengan keimanan dan keyakinan. Sementara itu Rasulullah SAW dapat pula membentuk sahabat-sahabatnya menjadi pemimpin-pemimpin yang harus diikuti dalam hal perbaikan akal budi dan akhlak, bahkan menjadi pembimbing-pembimbing kebaikan dan keutamaan. Bahkan lebih dari itu lagi, karena Rasulullah SAW telah membentuk generasi dari umatnya sebagai suatu bangsa yang menjadi mulia, dengan adanya keimanan dalam dada mereka dan berpegang teguh pada hak dan kebenaran. Maka pada saat itu ummat yang langsung dibawah pimpinannya adalah bagaikan matahari dunia, disamping pengajak kesejahteraan dan keselamaatan pada seluruh ummat manusia.
Allah telah memberikan kesaksian-Nya atas keungulan dan keistimewaan generasi ini, melalui firman-Nya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran [3]: 110)
Iman yang dimiliki sebagian sahabat Nabi benar-benar telah mencapai derajat yang tinggi sebagaimana dikatakan salah seorang dari mereka: "Andaikata tabir (yang menutup pandangan) kami (terhadap hal-hal ghaib) itu dibukakan niscaya (hal itu) tidak menambah keyakinanku."
Di dalam hadits yang disampaikan al-Harits bin Malik al-Anshari radiyallahu 'anhu terdapat keterangan yang memberikan kepada kita gambaran iman yang cemerlang ini.
Suatu saat Haritsah melewati Rasulullah shalallahu 'alahi wa sallam, lalu Rasulullah bertanya: Bagaimana keadaanmu di pagi ini wahai Haritsah?
Ia menjawab: Di pagi ini aku menjadi seorang mukmin.
Nabi bersabda: Perhatikanlah apa yang kamu ucapkan. Sebab segala sesuatu itu punya bukti. Apa bukti imanmu?
Ia menjawab: Jiwaku telah menjauhi dunia, sehingga aku tidak tidur di malam hari (untuk munajat) dan aku haus di siang hari (kaerna berpuasa). Seolah-olah aku melihat 'Arsy Tuhanku dengan jelas, dan seolah-olah aku melihat penghuni surga saling kunjung-mengunjungi di dalamnya dan seolah-olah aku melihat penghuni neraka berteriak-teriak di dalamnya.
Nabi bersabda: Kamu telah mengetahui (ma'rifat) wahai Haritsah, maka tetaplah kamu demikian. (Diriwayatkan ole hath-Thabrani dengan sanad lemah).
Rasul Allah memberitahukan kepada masing-masing ummatnya akidah sebagaimana yang tersebut dimuka dan mereka menempuh cara yang semuanya itu dapat dikatakan mudah, ringan dan gampang. Juga semuanya itu mudah dimengerti, difahamkan dan diterima. Beliau-beliau ‘alaihimus salam itu menyuruh ummatnya supaya mengarahkan pandangan mereka ke kerajaan langit dan bumi, digerakanlah akal fikiran mereka itu supaya suka mengenang-ngenangkan serta memikir-mikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah. Fithrahnya dibangunkan agar jiwanya dapat menerima tanaman dengan mempunyai perasaan yang teguh lagi cocok dalam beragama dan selain itu diajaknya pula merasakan suatu alam lain yang ada dibalik alam semesta yang dapat dilihat ini. Diatas landasan-landasan sebagaimana diatas itu pula lah Rasulullah-shalawatullah wa salamuhu’alaih- menanamkan akidah itu dalam hati dan jiwa ummatnya, ummat Muhammad yang terbesar ini.
  

BAB III
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan
Aqidah berasal dari kata “aqada – ya’qidu – aqdan” yang berarti “mengikatkan atau mempercayai/meyakini” jadi “aqidah” berarti ikatan, kepercayaan atau keyakinan. Sedangkan pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan, bukan perbuatan. Misalnya keyakinan adanya Allah dan diutusnya nabi Muhammad SAW sebagai rasul.
Aqidah tauhid sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi seorang muslim. Keyakinan yang mendasar itu menopang seluruh prilaku, membentuk dan memberi corak dan warna kehidupannya dalam hubungannya dengan mahkluk lain dan hubungan dengan Allah .
Aqidah dapat berperan sebagai landasan etik bagi seorang muslim dalam kehidupannya didunia dengan melihat hidup secara luas, yaitu hidup di dunia dan akhirat.
Tingkatan Aqidah :
1)      Ragu
2)      Yakin
3)      Ainul yakin
4)      Haqqul yakin.
Rasulullah SAW dapat mengubah umat yang asal mulanya sebagai penyembah berhala dan patung, umat yang dahulunya melakukan syirik dan kufur menjadi umat yang beraqidah tauhid, mengesakan Tuhan Seru Sekalian Alam. Hati mereka dipompa dengan keimanan dan keyakinan.
3.2.      Saran
Demikianlah pembahasan makalah yang dapat kami paparkan dalam memenuhi tugas. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan guna menambah kesempurnaan kita dalam menambah wawasan serta dalam rangka menambah ilmu.

   
DAFTAR PUSTAKA
3)      http://deskripsimakalah.blogspot.com/2017/01/pengertian-dan-kesatuan-aqidah-kelompok.html
4)      http://masackee.blogspot.com/2009/06/cara-rasul-menanamkan-akidah-semua_28.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar